Mengertilah kalian (sisi lain waria)

Tuesday 28 January 2014

       Mengertilah kalian dengan keadaan kami. Mengertilah kalian dengan profesi kami. Kami memang waria, tapi tahukah kalian? Jiwa kami utuh, sama seperti kalian. Ini hanya profesi kami, sama seperti kalian yang menggunakan baju badut nan lucu sebagai profesi pebadut, sama seperti kalian yang menggunakan jas hitam nan gagah sebagai eksekutif muda. Apa kah kami memang layak dihina?
          Ingatlah, setidaknya kami tidak seperti mereka yang menggunakan topeng untuk memperkaya diri mereka, kami tidak sehina tikus tikus kantor itu. Lebih hina manakah? Kami atau mereka?. Di pikiran kami, tak pernah sedikit pun terlintas hanya ingin meminta dengan kalian, meskipun itu lebih mudah dari pada menjadi seorang waria. Setidak nya kami berusaha mencari nafkah dengan bernyanyi alakadarnya. Lebih hina manakah? Kami atau mereka yang tidak berusaha?
            Sepanjang hari, kami keluar rumah dengan wajah ceria, dengan pakaian yang seperti biduan kekar, kami berjalan kesana kemari mencari nafkah, di cerca, di cela, di hina, di cemooh, di tertawakan, itu sudah makanan pokok kami sehari hari. Tebar tawa nan riang di setiap kalian melakukan semua itu kepada kami. Sampai kalian pikir mungkin ‘urat malu’ kami sudah putus, bahkan sudah tidak ada. Tapi tahukah kalian? Usai senja kami pulang ketempat kami beristirahat, menghitung satu demi satu koin yang kami dapat, koin yang mungkin tidak terlihat berharga dimata kalian, koin yang mungkin sudah malu untuk kalian bawa ke warung kecil untuk membeli sesuatu atau bahkan hanya untuk jajan permen. Tapi bagi kami, itu adalah anugrah tuhan hari ini, kami bawa koin koin itu untuk di tukar dengan segenggam beras. Tak pernah terpikir oleh kami untuk malu membeli sesuatu dengan koin itu, karena jika seperti itu, kami akan mati kelaparan.

         Saat malam mulai mencekik, kami terbaring di tempat yang seadanya, untuk meluruskan kaki pun kadang kami tak mampu. Di saat itu, pikiran kami melayang, memikirkan apa yang telah terjadi di hari ini. Cemoohan kalian, tertawaan kalian , yang sungguh sebenarnya membuat hati kami lirih, tetesan air mata kadang sudah tak mampu kami bendung lagi, bagaimana pun kami tetap lah manusia biasa. Ketika kalian menghina kami, mentertawakan kami, kami akan terlihat biasa saja bahkan seperti tak perduli, tapi tahukah kalian? Di kala itu kami menahan segala kesedihan, kami coba tampakan pada kalian segala keceriaan yang ada. Dan di saat itu kami berdoa, teimakasih tuhan atas hari ini, terimakasih atas nikmat mu sampai hari ini, terimakasih pula kami masih bisa membuat orang lain tertawa dengan cara kami sendiri..

0 comments:

Post a Comment